Dunia

Kamis, 20 September 2012

Apakah penting kita masuk ke dalam kerajaan surga?

Apakah penting kita masuk ke dalam kerajaan surga?

           Seorang frater terbaring sakit di kamar seminari tinggi. Ia yang seharusnya mengajar BIAK (Bina Iman Anak Katolik) di paroki yang berdekatan dengan seminari, hanya bisa memandang dari jendela kamarnya. Ia mendengarkan sorak-sorai kegembiraan anak-anak yang menyanyikan,”. Aduh senangnya naik kereta. Kereta besar buatan Tuhan. Sopirnya Yesus, jalannya lurus. Siapa mau ikut pergi ke surga? Dalam keadaan sakit, frater tetap mendengarkan dan memperhatikan dari jendela bahwa kakak pembinanya dan anak-anak BIAK merasakan suasana yang penuh dengan sukacita. Seusai lagu ini dinyanyikan oleh anak-nak sekolah minggu, kakak pembina langsung melontarkan pertanyaan,”Siapa yang mau ikut ke surga?.” “Saya, saya,,saya,,Kak..!, Seru banyak anak yang begitu antusias membuat suasana semakin ramai. Namun, ada dua orang anak berdiri dengan raut wajah yang muram di sudut ruangan. Kakak pembina pun memperhatikan dan menghampiri kedua anak itu. Dengan penuh kasih, kakak pembina mengajak mereka untuk bergabung dengan yang lainnya. “Ayo,,adik-adikku, mau ikut pergi ke surga atau tidak? ,tanya kak pembina. “iya,,,tapi saya ini gendut, rakus,  bau dan sombong,”Jawab anak petama.  Anak yang kedua menjawab,”Pokoknya, saya tidak mau ikut.”. Anak kedua langsung berlari keluar ruangan untuk menghindari kakak pembina. Anak pertama ini langsung bisa bergabung dengan yang lainnya, walau sulit untuk diterima yang lainya. Sebab anak ini sebelumnya dianggap sombong dan rakus. Tetapi, anak itu tetap antusias untuk mengikuti bimbingan kakak. Ia pun mulai bertanya,”Kak, saya mau naik kereta buatan Tuhan untuk pergi ke surga. Apakah benar kereta besarnya akan melaju lurus? Emang, Siapa yang membuat jalan sebelumnya bisa menjadi lurus, Kak?.” Kakak pembina mulai bingung untuk menjawabnya. Untunglah, kak pembina ingat akan bacaan Kitab Suci hari ini. Ia pun menjawab,”Ehhm...yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan adalah Yohanes Pembabtis, seorang utusan atau pilihan Tuhan.  Anak itu langsung berkata,”Ooo...klo begitu, saya mau mempersiapkan jalan bagi Tuhan dengan membuang sikap kerakusan dan kesombongan, agar Tuhan tinggal dalam aku, dan aku dalam Tuhan. Dan kelak saya bisa masuk dan mencicipi kehidupan surgawi di dunia ini.” Dengan ungkapan ini, anak itu pun diterima oleh anak BIAK lainya.
          Pewartaan untuk masuk kerajaan surga selalu diwartakan bagi siapapun. Seperti cerita di atas, seorang pembina anak BIAK berusaha mengajak untuk masuk ke dalam keraajan surga melalui sebuah nyanyian. Kita pun perlu memberikan pujian bagi pembina-pembina anak BIAK. Dalam bacaan injil hari ini, Yesus juga memberikan pujian kepada Yohanes,” Benar, dan aku berkata kepadamu, bahkan ia lebih daripada nabi. Sebab tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu.”(Mat.7:27). Yesus pun menyebutnya sebagai nabi terbesar sepanjang sejarah manusia, walaupun Yesus juga jelas menyebut bahwa yang terkecil dalam kerajaan Allah- yakni dirinya sendiri lebih besar dari Yohanes. Kerajaan Allah selalu dikumandangkan oleh Yohanes yang dengan ketabahan dan kesetiaan untuk membabtis semua orang, dan Yesus yang menggunakan banyak perumpamaan. Bahwa Yohanes dan Yesus sebagai utusan Allah  merupakan tanda cinta kasih Allah kepada umat-Nya sepanjang jaman. Ini terlihat dalam bacaan pertama yang berisi perjanjian damai dengan Sion bahwa Allah tidak akan murka, namun selalu memberikan kesempatan bagi umat-Nya. Akhirnya, puncak dari sejarah Allah dan manusia terdapat dalam diri Yesus. Kerajaan Allah sangat penting bagi kehidupan kita, hingga dengan kesetiaannya Yohanes dan Yesus mewartakan bagi kita. Apakah kita mau menerima atau menolak pewartaan-Nya? Jika kita menolak, kita sama saja dengan orang-orang Farisi dan Ahli Taurat. Maka kita berusaha untuk menerima pewartaan-Nya, layaknya seorang pemungut cukai yang mau bertobat dan memberikan dirinya dibabtis oleh Yohanes. Disamping itu, kita harus menerima dan memberi kesempatan  mereka yang mau bertobat untuk menimba rahmat Tuhan. Dengan demikian, Kita dapat mencicipi kehidupan surgawi di dunia ini. Marilah kita mempersiapkan jalan bagi Tuhan dalam diri kita untuk kedatangan-Nya, kita pun dapat  menimba rahmat dariNya dan membagikannya kepada sesama.

Fr. Petrus Suryanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar